Komunitas Ketjilbergerak merupakan komunitas kreatif anak muda yang berbasis pendidikan, menggunakan metode seni dalam pendekatannya kepada masyarakat serta dilakukan secara kolaboratif dan independen. Signifikansi dari Ketjilbergerak hingga dapat menarik perhatian mahasiswa Yogyakarta karena komunitas Ketjilbergerak memiliki 3 kolaborasi, yaitu pendidikan, seni, dan warga. Komunitas ini juga mempunyai slogan “Siapa saja yang muda, kreatif, berani, berdikari adalah ketjilbergerak!” Ketjilbergerak terbentuk tahun 2006 yang beranggotakan 2 orang yaitu Vani dan Greg, berawal dari menulis zine13 (buku) tentang pendidikan yang ada di Indonesia.Karena banyak yang tertarik membaca zine tersebut, akhirnya pendiri ketjilbergerak mengadakan diskusi tentang tulisan-tulisan yang telah dibuat dan didatangi oleh mahasiswa dari berbagai jurusan selama satu tahun. Tahun 2007 pendiri mengadakan pameran seni dan musik tunggal selama 4 tahun hingga pendiri memutuskan untuk berkolaborasi dengan seniman musik di Yogyakarta. Di akhir 2011 ketika Ketjilbergerak membuat pameran di Kersan banyak yang datang untuk melihat pameran yang diselenggarakan, sehingga banyak yang tertarik bergabung dalam Ketjilbergerak karena keingintahuan pemuda untuk mempelajari seni-seni yang dihasilkan Ketjilbergerak. Berawal dari banyaknya pemuda yang ingin bergabung dalam Ketjilbergerak, pendiri Ketjilbergerak memutuskan untuk menjadikan komunitas Ketjilbergerak bersifat terbuka. Tahun 2012 pertama kalinya Ketjilbergerak dan pemuda yang bergabung Ketjilbergerak membuat mural di daerah Yogyakarta dengan gambar pahlawan sebagai ikonnya Jaringan sosial Ketjilbergerak bekerjasama dengan KPK untuk mengadakan acara dengan pemuda, universitas-universitas, serta Ketjilbergerak juga mempunyai jaringan kampung, dan jaringan desa Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) bersama Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah melatih 60 pemuda dari 20 desa di 16 kabupaten/kota di Jawa Tengah dalam program bertajuk “Sekolah Pemuda Desa”, melalui program ini para pemuda paham bagaimana cara berpartisipasi dalam mengawal dana desa dan memberikan manfaat dalam mendorong pembangunan desa yang sesuai dengan kebutuhan dan peruntukan dana desa. Untuk menjadi peserta, ke-60 pemuda desa tersebut disyaratkan berusia antara 17 – 30 tahun. Mereka juga harus mengirimkan proposal berbentuk tulisan atau video yang berisi tentang potensi, permasalahan, serta usulan dan gagasan untuk membangun desa khususnya terkait pemanfaatan dan pengelolaan dana desa Dua orang pemuda darii Dusun Sikadut Desa Karangtalun adalah peserta dari Sekolah Pemuda Desa 2020 dengan membawa tema tentang Kampung Wisata Tematik Sikadut (Katamas)
Katasapa Pentaskan “Watu Lawang” di Griya Seni Sidubajan Katamas
Peserta workshop teater yang digelar oleh Komunitas Teater Sastra Perwira (Katasapa) Purbalingga, mementaskan cerita rakyat berjudul “Watu Lawang”. Pentas digelar di Griya Seni Giri Sidubajan Kampung Wisata Tematik Sikadut (Katamas) Desa Karangtalun, Kecamatan Bobotsari dan disiarkan secara live di kanal YouTube Misbar Purbalingga, Selasa (24/11) pukul 20.00 WIB. Ketua Katasapa Purbalingga, Ryan Rachman mengatakan, pentas tersebut merupakan rangkaian dari workshop teater yang digelar Katasapa melalui Program Fasilitasi Bidang Kebudayaan (FBK) Dirjen Kebudyaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) RI Tahun 2020. “Para peserta workshop dibagi menjadi empat kelompok. Mereka kemudian membawakan pentas dengan lakon bermuatan cerita atau legenda lokal yang berkembang di Purbalingga. Pentas dibawakan menggunakan bahasa Jawa dialek Banyumasan sebagai bentuk pelestarian dan pengenalan budaya kepada generasi muda. Setelah workshop, peserta membuat naskah berdasarkan cerita rakyat yang ada, disutradarai, berlatih dan dipentaskan,” terangnya. Pementasan pertama membawakan lakon berjudul “Watu Lawang” karya dan sutradara Suparyadi. Lakon ini berkisah tentang Adipati Tangkisan yang akan menyunati anaknya, namun dia malu karena pendapa yang sempit dan jelek. Dia lalu pergi ke tempat kakaknya, Adipati Pekuncen untuk meminjam pendapaya yang bagus dan megah. Namun begitu pulang dari tempat kakaknya, dia lupa meminjam. Akhirnya, Adipati Tangkisan meminta bantuan makhluk halus untuk memindah pendapa itu. Pesta sunatan pun berjalan dengan meriah. Usai pesta, pendapa pun dikembalikan lagi, namun salah satu pintunya terjatuh. Adipati Pekuncen yang baru tiba di rumah pun dibuat geger ketika mendapati pintu pendapa hilang. Suatu hari, seorang petani mengadu ke Adipati Tangkisan karena sawah kering akibat tidak ada air yang mengalir dari sungai. Setelah dicek, ternyata jalur air yang berasal dari Pekuncen itu tertutup pintu pendapa yang terjatuh. Adipati Tangkisan berusaha mengambil pintu itu, namun tidak berhasil. Adipati Tangkisan pun datang ke rumah kakaknya dan menceritakan apa yang dialami. Kakaknya pun membantu mengambil pintu itu, namun tetap saja sulit. Akhirnya diputuskan untuk membuat saluran air baru di sekitar tempat tersebut. Dari situlah, tempat itu dinamakan Watu Lawang. Kepala Desa Karangtalun, Heru Catur Wibowo memberikan apresiasi yang berkenan pentas di Karangtalun. Pihaknya sangat terbuka bila ada kelompok kesenian pentas di tempatnya. Dia berharap masyarakat Karangtalun bisa bersama-sama melestarikan seni budaya tradisi.”Ada tiga kesenian yang regenerasi, genjring, kothekan dan kuda kepang. Bisa dikonsumsi masyarakat di era sekarang,” katanya. Dengan adanya pementasan dari Katasapa tersebut, dia berharap bisa menjadi ajang belajar bagi warganya tentang seni pertunjukan teater. Dimulai dari melihat, bediskusi dan nantinya akan muncuk kelompok seni peran di desanya. Pementasan malam tersebut dilaksanakan secara terbatas dan hanya disaksikan tak lebih dari 40 penonton dan disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube Misbar Purbalingga. Panitia menerapkan protokol kesehatan yang ketat, penonton terlebih dulu mencuci tangan dengan sabun, dicek suhu badan dan wajib mengenakan masker. Sumber Tulisan : Joko Santoso – Wawasan
MEMBANGUN ASET KELOMPOK WANITA TANI SUBUR MAKMUR di Dusun Sikadut Desa Karangtalun
Dalam rangka terus memandirikan kelompok kegiatan di Desa Karangtalun, Pemerintah Desa Karangtalun telah melaksanakan pembelajaran bersama tentang bagaimana membangun aset kelompok. Tujuan dari kegiatan ini adalah agar kegiatan kelompok selalu bersifat produktif, sehingga aset dan kas kelompok wanita tani semakin hari semakin besar. Kas kelompok semakin hari semakin besar, dan tidak semakin menurun seperti yang dialami oleh banyak kelompok yang lalu. Harapan besarnya adalah agar kelompok wanita tani memiliki kemandirian sehingga dapat meningkatkan ekonomi masyarakat, khususnya bagi anggotanya. Kegiatan yang berlangsung di Griya Wanita Tani Katamas berjalan penuh antusias, ibu-ibu KWT Subur Makmur mengawalinya dengan melakukan pendataan aset produk, mulai dari bibit tanaman sampai produk olahan pasca panen. Alhamdulillah grafiknya semakin naik, dari nilai aset awal sebesar Rp 1.000.000,- (15 bulan Juli 2020), sekarang per tanggal 28 November 2020 telah naik menjadi Rp 4.435.000,- Sebuah capaian bagus untuk sebuah kelompok yang baru terbentuk. Semoga semakin hari KWT Subur Makmur semakin maju dan produktif sehingga asetnya semakin hari semakin besar.
KATAMAS : Kampung Wisata Tematik Sikadut Desa Karangtalun
Pariwisata Purbalingga telah berubah, kini tidak sekedar mengandalkan tempat wisata, wisata alam ataupun wisata buatan. Tapi ada juga tempat wisata baru yang unik berupa kampung wisata tematik. Sebuah kampung yang akan dijadikan tempat wisata ini awalnya hanyalah pemukiman warga biasa yang kemudian disulap menjadi kawasan unik, indah dan produktif. Sehingga akan menarik wisatawan untuk berkunjung, belajar dan berbelanja. KATAMAS sendiri adalah akronim dari Kampung Wisata Tematik Sikadut yang merupakan suatu wilayah di bawah administrasi Desa Karangtalun Kecamatan Bobotsari Kabupaten Purbalingga Jawa Tengah, yang dijadikan sebagai destinasi wisata kampung tematik dengan menunjukan jati diri/identitas/makna masyarakatnya atas suatu potensi lokal yang diangkat dan ditonjolkan atas hasil kesepakatan masyarakat, dimana pembangunan dan pelaksanaannya dari, oleh dan untuk masyarakat. Salah satu yang unik dari Kampung Wisata Tematik Sikadut (Katamas) adalah temanya dilekatkan pada rumah-rumah penduduk, sehingga satu rumah warga mengusung satu tema. Konsep Kampung Tematik Katamas sendiri tidak hanya menyuguhkan spot-spot foto yang kekinian, tapi lebih menonjolkan pada budaya warganya. Sehingga dengan adanya kampung wisata tematik sikadut ini mampu kembali menghidupkan budaya jawa yang hampir hilang ditengah era millenial. Hingga saat ini sudah ada delapan griya unik yang dipersiapkan di Kampung Wisata Tematik Sikadut, di antaranya : 1. Griya Wanita TaniHal pertama yang akan kita jumpai saat memasuki Dusun Sikadut Desa Karangtalun adalah jalanan yang bersih dengan hiasan pot dari ban bekas mobil yang dicat. Di sini kita akan menjumpai griya wanita tani yang di dalamnya banyak kita jumpai tanaman sayur mayur dan berbagai jenis pupuk hasil kreativitas Kelompok Wanita Tani (KWT Subur Makmur). Untuk mengoptimalkan bahu jalan dan lahan pekarangan yang tidak produktif, Kelompok Wanita Tani Subur Makmur telah menanami beraneka tanaman obat keluarga dan sayur mayur, selain itu mereka juga membuka pelatihan dan memproduksi media tanam, pupuk dan tanaman herbal. 2. Griya Jajan Berada di pojok perempatan, kita juga akan menjumpai griya jajan yang digunakan sebagai pusat oleh-oleh bagi wisatawan yang berkunjung ke Kampung Wisata Tematik Katamas. Griya jajan menampilkan produk-produk UMKM yang diproduksi oleh para pengusaha mikro kecil dan menengah warga Dusun Sikadut. Ada 70 (tujuh puluh) jenis makanan kuliner yang di jual disini, dari makanan yang siap saji hingga cepat saji. Ada dua produk andalan khas Griya Jajan hasil kreatifitas warga yaitu Stick Daun Anggur dan Inthil Goreng 3. Griya CupangIkan cupang merupakan jenis ikan hias yang banyak peminatnya dan bisa dikembangbiakkan. Ikan yang memiliki corak dan motif yang indah ini terlihat mempesona maka tak heran kalau ikan cupang banyak digemari. Guna menangkap peluang tersebut dengan memberdayakan warga yang kebetulan juga mempunyai hobby dan koleksi ikan cupang maka dibuatlah Griya cupang. Griya ikan cupang sendiri merupakan sebuah tempat pembelajaran tentang seputar ikan hias, terutama ikan cupang (Betta splendens). Griya Cupang juga menjual berbagai ikan hias, bibit ikan air tawar, aquascape, pakan ikan, dan sovenir. 4. Griya AnggurSuasana berbeda akan kita jumpai saat berada di rumah salah satu warga Dusun Sikadut Karangtalun. Di halaman rumah ini tampak ditumbuhi pohon-pohon anggur. Keberhasilannya dalam budidaya anggur tak terjadi hanya dalam semalam. Tetapi melalui proses dan berbagai ujian selama bertahun-tahun hingga tercetuslah “Griya Anggur”.Griya Anggur Katamas adalah tempat pembibitan dan produksi bibit anggur impor berkualitas dengan berbagai jenis, bentuk, warna, dan cita rasa manis yang berbeda-beda. Di sini pengunjung juga bisa belajar tentang jenis-jenis anggur sampai dengan cara membudidayakannya. 5. Griya SeniGriya Seni Katamas merupakan sebuah ruang apresiasi seni pertunjukan yang disiapkan untuk menyuguhi pengunjung yang datang di KATAMAS yang semua pemainnya adalah muda mudi setempat. Beberapa seni tradisi yang ada disini diantaranya ada tari Ebeg yang menjadi seni pertunjukan yang dipentasan setiap hari, sekali waktu di jam khusus, namun demikian bagi pengunjung yang penasaran ingin melihat tarian tersebut bisa menghubungi pengelola KATAMAS sehingga bisa menyaksikan pertunjukan sesuai waktu yang diinginkan. Tari Ebeg disuguhkan dalam durasi 45 (empat puluh lima) menit. Tarian Khas Banyumas ini menggambarkan kegagahan prajurit yang sedang berperang. Tarian yang demikian agresif dan gagah itu dipentaskan untuk membumbungkan optimisme rakyat supaya tetap semangat melawan penjajah. 6. Griya PakaryanSebagai pusat kerajinan yang berbentuk galeri dan showroom yang memajang berbagai kerajinan tradisonal hingga modern dari para pengrajin di Dusun Sikadut. Koleksi Pusat Kerajinan KATAMAS begitu lengkap, mulai dari souvenir, mebel-mebel dengan ukiran dan pajangan yang semuanya tertata rapi disetiap ruangan Griya Pakaryan. 7. Griya SarahSebagai program lanjutan dari Bank Sampah Karangtalun “BAKAR” dalam pengelolaan sampah yang berbasis masyarakat, pengelolaan sampah secara terpadu dengan melaksanakan pengelolaan sejak dari sumbernya. Pengelolaan sampah tuntas adalah kegiatan mengurangi (reduce), menggunakan kembali (reuse) dan mendaur ulang sampah (recycle) tanpa residu, sehingga sudah tidak ada lagi kegiatan pemindahan sampah ke TPA. Di Griya Sarah ini juga memproduksi dan menjual beraneka ragam kebutuhan berbahan dasar plastik, mulai dari paving blok plastik, lanjaran hingga souvenir. 8. Griya PapringanSetelah sebelumnya ada griya wanita tani, ada lagi griya papringan yang masih ada kaitannya dengan pertanian. Griya papringan dibuat sebagai upaya mengabadikan rumah petani pada tempo dulu yang sekarang hampir punah, Griya Tani menampilkan bangunan rumah tani beserta perabotan, alat-alat pertanian sederhana, area bermain anak, dan pasar tradisional . Di griya tani juga ada icon petani yang dilambangkan dengan patung pacul berukuran besar. Bangunan tradisional khas daerah dibawah rimbunnya pohon bambu mewarnai area pasar tradisional yang satu lokasi dengan griya papringan. Griya pasar tradisional dibuka setiap hari dan untuk pasar besar dibuka satu pekan sekali setiap hari ahad kliwon dengan menampilkan produk khas Kampung Wisata Tematik Sikadut atau Katamas dan juga akan menampilkan kesenian tradisional. Suasana asri dan sejuk akan membuat kita betah untuk berlama-lama di griya pasar tradisional. Apalagi sambil nyeruput secangkir kopi dan melihat pertunjukan khas banyumasan yang akan mengingatkan kita pada masa-masa dulu sebelum kita disibukkan dengan gadget di era millenial ini.